GAMBAR SEBAGAI BAHASA
Arsitek
sangat lekat dengan gambar. Apa jadinya seorang arsitek tanpa sebuah gambar.
Arsitek juga lekat dengan karya-karya yang indah dan artistik. Lalu apa
perbedaan seorang arsitek dan seorang seniman lukis? kedua-duanya sangat lekat
dengan gambar dan karya indah dan artistik.
Seorang seniman lukis adalah orang yang merdeka,
mereka hanya melawan dirinya sendiri dan hasil akhirnya adalah sebuah karya
seni. Lain halnya dengan seorang arsitek. Boleh dikata seorang arsitek adalah
orang yang terpenjara oleh keinginan-keinginan klien. Dimana semula seorang
arsitek mempunyai idealisme untuk membuat karya artistik namun pada akhirnya
idealisme tersebut berkurang, yang semula 100% menjadi 20% hanya karena tekanan
dari klien.
Pada proses desain, seorang arsitek tidak hanya
melawan diri sendiri, namun dia juga menghadapi sebuah tantangan dimana dia
harus mengakmodasi semua keinginan dari klien, membuat kualitas hidup klien
menjadi lebih baik dan tidak lupa membuat sebuah karya indah dan artistik.
Untuk mewujudkan semua itu sorang arsitek harus
berhubungan dengan banyak pihak. Antara lain dengan klien itu sendiri,
perencana struktur, kontraktor dan interior desain. belum lagi ketika dalam
proses merealisasikan desain seorang arsitek harus mengikuti proses konstruksi
di lapangan. Di saat seperti ini seorang arsitek harus bertemu dengan berbagai
disiplin ilmu, berbagai macam latar belakang dan budaya orang-orang yang
terlibat dalam mewujudkan karya arsitektur. Dan bahasa gambar menjadi sebuah
perekat dialognya.
Dan pada akhirnya karya seorang arsitek bukan hanya
sebuah karya indah dan artistik. Namun sebuah karya yang mampu membuat kualitas
hidup seseorang dan sekelompok manusia menjadi lebih baik.