Kamis, 15 Desember 2011

ADVERTISING GIMMICK 
PADA PENAWARAN PERUMAHAN

Istilah 'arsitektur berkelanjutan' atau lebih populer dengan sebutan 'arsitektur hijau' adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan yang dapat diartikan pula sebagai bidang dalam ilmu arsitektur yang proses perancangannya memperhatikan keberlanjutan daya dukung lingkungan tempat hasil perancangan itu berada. Frase 'arsitektur hijau' sendiri pada akhirnya lebih banyak digunakan pada penawaran perumahan dengan anggapan bahwa konsumen lebih mudah memahami kata 'hijau' sebagai kata yang mewakili lingkungan alam yang baik.

Kerancuan pemahaman atas 'arsitektur berkelanjutan' sebagai bidang ilmu arsitektur dengan 'arsitektur hijau' sebagai istilah komersial, menjadi salah satu penyebab tidak adanya konsep arsitektur hijau yang jelas dalam perumahan yang ditawarkan penyedia. Dengan orientasi laba, penyedia akhirnya hanya menyediakan arsitektur hijau sebagaimana yang dipahami luas oleh masyarakat. Pemahaman paling umum arsitektur hijau adalah rumah/perumahan yang memiliki banyak tumbuhan disekitarnya, berada di lingkungan alami yang menarik dan berudara segar serta layak dihirup, memiliki air jernih dan dapat dimanfaatkan, memiliki banyak lahan terbuka hijau disekitarnya, memiliki taman di kompleks perumahan, dan ada kata 'hijau' atau 'green' ataupun ada gambar benda pada nama dan logo perumahan.

Kriteria rumah ber-arsitektur hijau pada pemahaman umum tersebut tentunya tidak cukup untuk dapat melakukan kontra-aksi terhadap kerusakan lingkungan. Sebaliknya, konsep-konsep arsitektur berkelanjutan yang ditujukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan justru tidak diterapkan pada 'perumahan-perumahan ber-arsitektur hijau' tersebut. Arsitektur berkelanjutan adalah bangunan/rumah/perumahan yang:
  • Efisien dalam penggunaan energi. Dianjurkan agar seluruh energi dapat dipenuhi sendiri atau bila memungkinkan bangunan dapat menghasilkan energi tambahan. Seperti penggunaan pembangkit listrik skala mikro (panel surya, turbin angin, dsb) dan efisiensi sistem HVAC (Heating, Ventilating, Air Conditioning) dalam bentuk penggunaan ventilasi silang, penyimpanan panas dalam bangunan, dsb.
  • Menggunakan material berkelanjutan, dengan tidak mengeksploitasi alam, dan tidak menggunakan banyak energi dalam proses produksi, transportasi, pemasangan, maupun perawatan.
  • Efisiensi dalam pengelolaan limbah, dianjurkan agar perumahan tidak menghasilkan limbah sama sekali (zero waste) untuk dibuang ke luar perumahan dengan cara pengelolaan limbah cair, penyerapan air hujan, daur ulang sampah non-organik, pemberdayaan sampah organik
  • Meminimalisasi penggunaan energi dalam kegiatan dan mobilitas penghuni dalam beraktifitas, baik didalam maupun keluar lingkungan, dengan cara menyediakan transportasi umum, baik di dalam perumahan maupun keluar perumahan (ke pusat kota, tempat kerja, dll), penyediaan sarana publik didalam perumahan (rumah ibadah, sekolah, ruang terbuka hijau, dsb)
  • Memungkinkan manusia berkegiatan tanpa merusak ekosistem sekitarnya.
Ketika tidak memperhatikan kriteria diatas, 'perumahan ber-arsitektur hijau' menjadikan 'arsitektur hijau' sebagai gimmick yang hanya berfungsi untuk menangkap calon konsumen, namun berperan tidak optimal pada proses pencegahan kerusakan lingkungan. Penyedia perumahan menggunakan embel-embel 'hijau' pada penawarannya, sebagian besar didasarkan sebagai cara untuk menarik minat calon konsumen. Kata 'hijau', 'arsitektur hijau' maupun 'perumahan hijau' tersebut tidak memiliki pengesahan apapun dari lembaga apapun (semisal Green Building Council Indonesia)

Penyedia perumahan juga seringkali rancu dalam membedakan 'perumahan hijau-berkelanjutan' dengan 'kegiatan menikmati/melestarikan lingkungan'. Beberapa perumahan memiliki area dimana masyarakat dapat berinteraksi dengan alam, seperti arena outbound, sawah artifisial, perbukitan, dsb. Beberapa lainnya memiliki area komersial bertemakan alam, seperti taman bermain alam bertema hutan, restoran bertema danau, dsb. Beberapa lainnya lagi memiliki area yang memungkinkan masyarakat belajar melestarikan alam, seperti kebun pembibitan (nursery), taman konservasi, taman belajar alam, kebun bercocok tanam, dsb.

Beberapa perumahan kemudian mengklaim kegiatan area-area tersebut sebagai bagian dari program 'perumahan hijau'nya. Mereka memanfaatkan popularitas kegiatan dan area tersebut di kalangan masyarakat untuk mengesahkan klaim tersebut. Klaim tersebut tentunya tidak sepenuhnya salah, mengingat salah satu kriteria 'arsitektur berkelanjutan' adalah keberlanjutan dalam hal ekologi; kegiatan manusia tidak boleh merusak ekosistem di sekitarnya. Proses pembelajaran dalam kegiatan dan di area-area tersebut tentunya mendukung keberlanjutan ekologi. Tetapi perlu diingat pula bahwa arsitektur berkelanjutan bukan cuma kegiatan tersebut. Ada beberapa kriteria penilaian untuk bangunan hijau, misalnya mulai dari pemilihan material bangunan, pemanfaatan air, kualitas udara, dan sebagainya.

Dapat disimpulkan, masih banyak penyedia perumahan yang menggunakan advertising gimmick 'arsitektur/perumahan hijau' pada produknya tanpa disertai aplikasi arsitektur berkelanjutan pada produknya tersebut. Dengan latar belakang keterdesakan untuk meminimalkan dampak kerusakan lingkungan, maka para penyedia perumahan tersebut harus didorong untuk dapat memproduksi perumahan hijau-berkelanjutan yang sebenarnya.

Senin, 05 Desember 2011

JELAJAH KAMPUS-KAMPUS DI INDONESIA


Mungkin selama ini perguruan tinggi hanya diidentikkan dengan tempat untuk kuliah. Namun, sebuah perguruan tinggi bisa saja menjadi tujuan wisata. Di beberapa universitas ternama di negara-negara maju membuka kampusnya untuk umum dan wisatawan. Mereka bahkan memiliki paket tur tersendiri bagi wisatawan yang berminat menjelajahi kampus-kampus tersebut. Bagaimana dengan kampus-kampus di Indonesia? Ternyata beberapa perguruan tinggi menarik untuk dikunjungi.

Misalnya, kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sempat menjadi lokasi shooting film Jomblo besutan Hanung Bramantyo. Selain ITB memang tenar, suasana kampus Ganesha ini membuat banyak orang penasaran melihat beberapa bangunan kampus yang unik.

Tidak hanya itu, banyak orang yang sering mengunjungi Masjid Salman di kawasan ITB. Masjid kampus ini memiliki konsep arsitektur modern, dengan kapasitas jamaah yang cukup banyak. Karena suasananya adem dan nyaman, Masjid Salman juga dimanfaatkan sebagai pusat berbagai kegiatan yayasan.

Lain lagi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), kampus yang terletak di "Kota Hujan" ini memiliki kawasan yang sering dikunjungi masyarakat umum, yaitu Taman Rektorat. Taman yang berlokasi tak jauh dari Gedung Rektorat itu terdapat air mancur dengan lambang IPB, taman bunga, rumah kaca, dan kursi-kursi taman.

Biasanya setiap hari libur, banyak mahasiswa dan masyarakat umum yang berolahraga ataupun bercengkrama di taman tersebut. IPB juga memiliki danau yang sekelilingnya ditumbuhi oleh pepohonan hijau.

Anda mungkin pernah melewati Unversitas Udayana Bali. Universitas ini terletak di jalanan bukit yang menanjak. Di sepanjang perjalanan dapat ditemukan sejumlah kuliner unik, misalnya Warung Sate Hiu yang terletak di Jalan Kampus Universitas Udayana, Badung, Bali. Jika anda mempunyai kenalan di kampus ini, coba minta diajak ke lantai teratas gedung perkuliahan. Dari sini kita dapat melihat Kuta, Jimbaran, Benoa, dan Sanur dari kejauhan.

Udayana ini merupakan salah satu kampus di Indonesia yang menonjolkan gaya arsitektur tradisional pada bangunannya. Bangunan kampus Udayana begitu menampilkan gaya bangunan khas Bali. Sebenarnya, untuk menuju obyek wisata di Uluwatu, biasanya para pelancong akan melewati jalan menanjak dan berkelok ke arah kampus Udayana yang menyuguhkan suasana perbukitan yang elok.

Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar juga memiliki potensi tersembunyi untuk menjadi tujuan wisata meskipun letaknya tidak ada di dalam kampus. Di belakang Unhas, terdapat sebuah desa asri di tengah hiruk-pikik Kota Makassar, yaitu Desa Lakkang. Untuk menuju Desa Lakkang, pengunjung harus menggunakan perahu dari Dermaga Kerakera di Kampus Unhas karena tidak ada jembatan menuju Desa Lakkang.

Di desa ini, warga masih tinggal di rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan arsitektur khas Makassar. Warga di Desa Lakkang menyewakan kamar di rumah mereka jika ada wisatawan yang ingin menginap.

Desa ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan penelitian terpadu konsep tata kota Makassar. Anda bisa bersepeda keliling desa, menyaksikan kesenian Gandrang Pakkarena, mengikuti kegiatan bertani dan menambak udang, serta menikmati suasana pedesaan yang syahdu.

Sementara itu, di dalam Unhas sendiri terdapat danau yang cocok untuk tempat bersantai di sore hari. Lapar saat menjelajahi Unhas? Mampir ke warung di kolong fakultas. Masakan disini terkenal di kalangan mahasiswa dan harganya pun sangat terjangkau.

Universitas Indonesia (UI), Depok, juga memiliki danau luas dengan suasana asri yang sejuk. Baru-baru ini UI juga meresmikan Perpustakaan Modern UI yang disebut-sebut sebagai perpustakaan kampus terbesar di Asia.




Jangan lupakan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. Sebagai universitas negeri pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1949, anda dapat menemukan banyak bangunan sejarah di kampus UGM. Gedung Pusat UGM misalnya, memiliki nilai historis tersendiri bagi Presiden Pertama RI. Gedung ini merupakan hasil gagasan Soekarno yang terinspirasi bangunan masa Yunani Kuno.

Sebagian besar universitas di Indonesia secara rutin menyelenggarakan aneka pameran yang bisa dikunjungi masyarakat umum. Tak hanya seminar atau diskusi, para mahasiswa dengan apik juga menyiapkan pameran yang melibatkan partisipasi para pengunjung. Mungkinkah suatu saat kampus-kampus ini menawarkan paket tur bagi wisatawan? Kita nantikan saja.


gambar diambil dari koleksi Achmad Yasir Baeda (Kole') dan Green Arsitektur